Rabu, 27 April 2011

Borobudur...warisan budaya dunia

Saya yakin bahwa tidak ada orang di belahan bumi ini khususnya orang di Indonesia yang tidak tau dengan Candi Borobudur. Pernah ditetapkan dalam salah satu dari tujuh keajaiban dunia, candi ini masih menjadi daya tarik bagi para wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Candi yang terletak di Magelang Jawa Tengah ini juga dipakai sebagai tempat peribadatan umat Budha terutama pada saat perayaan Waisak. Saya pernah membaca di suatu web bahwa arti nama Borobudur adalah "Biara di Perbukitan". 
Dulu saya pernah berkunjung ke candi ini waktu saya SD. Terakhir saya berkunjung kembali seminggu yang lalu dan ternyata ada beberapa yang berbeda (ya iyalah kan udah hampir 12 tahun yang lalu..^^). Perjalanan saya dan keluarga menuju Borobudur cukup panjang dan melelahkan. Sebelumnya, saya sudah survey tentang perjalanan ke Magelang dengan teman kos karena mendengar berita di tv yang mengabarkan bahwa jalur Jogja-Magelang putus akibat banjir lahar dingin. Dari situ kami mencoba mencari jalan alternatif walaupun akhirnya kami kesasar dan kembali ke jalan utama lewat kota..he..he..^^. Apa yang diberitakan di tv memang benar bahwa akibat banjir lahar dingin tersebut, jalan raya yang dilewati sungai di bawahnya mengalami kerusakan yang parah. Akibatnya satu jalur ditutup dan para pengguna kendaraan harus mau antri panjang karena hanya bisa menggunakan satu jalur saja. Akhirnya kami tiba di Lokasi wisata Candi Borobudur pukul 13.00.
Pertama yang saya lihat ketika memasuki area wisata tersebut adalah tempat parkir mobil yang sangat luas dan hampir dipenuhi dengan mobil-mobil dengan berbagai kode plat nomer. Selanjutnya ada begitu banyak stand-stand toko yang sebagaian besar menawarkan barang-barang souvenir seperti baju batik, miniatur Borobudur, gantungan kunci miniatur Borobudur dan lain-lain. Tidak ketinggalan juga orang-orang yang menawarkan jasa payung mengingat siang hari kadang terik. Untuk yang satu ini harus hati-hati karena tarif yang diminta ternyata bisa ditawar jadi jangan ketipu ya...(*pengalaman pribadi karena seharusnya sewa payung 3 rb tapi saya bayar 5 rb..>.<*). Untuk mengantisipasi ini kita bisa bawa payung sendiri atau memakai topi.  
Sebelum masuk ke area candi kita harus membayar tiket masuk. Jujur saya kaget waktu tau tiket masuknya cukup mahal yaitu 23 rb per orang (saya pikir cuma 10 rb-an..xi..xi..). Saat masuk ke lokasi candi, ada pemeriksaan barang bawaan. Kita dilarang membawa makanan dan hanya minuman saja yang diperbolehkan. Sayangnya larangan ini gak konsisten karena ternyata di dalam ada juga pedagang yang menjual makanan. Nah, berhubung dari pintu masuk ke candi cukup jauh, kita memutuskan untuk naik kereta. Ongkos kereta per orang adalah 5 rb per orang plus gratis minuman mineral 100 ml (jadi gak usah bawa atau beli minum dulu kalo mutusin naik kereta). Keberangkatan kereta menunggu sampai kereta cukup penuh. Kereta akhirnya mengantarkan kami sampai di pintu masuk candi. Sebenarnya ada banyak pintu candi, namun mungkin demi keamanan, hanya satu pintu yang dibuka. Keanehan saya temui ketika kami turun dari kereta dan hendak masuk ke candi. Kami diharuskan memakai kain batik motif hitam putih seperti halnya kalau kita berkunjung ke pura-pura seperti Pura Besakih di Bali. Tidak begitu jelas apa tujuan dari pemakaian kain ini, karena seingat saya dulu tidak perlu memakai kain. Saya sendiri tidak terlalu suka memakai kain batik ini karena selain tidak nyaman juga tidak dapat menampakkan motif rok baru yang saya pakai waktu itu...(ha..ha..narsissss..).
Dari situ petualangan menaiki tangga-tangga candi dimulai. Karena merasa muda, hampir semua bagian candi kami jelajahi, sayangnya pada bagian stupa sedang ditutup karena sedang dilakukan konservasi. Saya sangat menyayangkan ditutupnya bagian stupa ini karena wisatawan yang berkunjung pasti ingin merasakan menyetuh patung budha yang ada di dalam stupa. Konon katanya siapa yang bisa menyentuh patung budha ini maka keinginannya bisa terkabul. Meskipun menyayangkan hal itu, keindahan sisi-sisi candi yang lain tidak menghilangkan kekaguman saya akan candi terbesar di Indonesia ini.
Oh ya, tiket yang kita beli tidak hanya bisa mengunjungi candi tapi juga bisa digunakan untuk memasuki museum candi Borobudur. Namun karena waktu saya sudah mepet, saya tidak memasuki museumnya dan tidak bisa menceritakan apa-apa saja koleksi dari museum tersebut. Yang jelas, beberapa kali pun mengunjungi candi ini tidak ada ruginya (kecuali harga tiketnya yang semakin mahal..xi..xi..). Ada sisi edukasi, budaya dan hiburan yang bisa kita dapatkan dari berkunjung ke Candi Borobudur (selain juga bisa berolahraga karena harus naik turun tangga candi...^^). Jadi mari kita menghargai dan melestarikan budaya kita sendiri....selamat berkunjung ke Candi Borobudur ya...^^
Inilah beberapa foto-foto saya waktu di Borobudur :